HYGIENE INDUSTRI : INDUSTRI KAYU LAPIS ATAU KERTAS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Seiring perkembangan zaman,
rupa, bentuk, dan materi tulisan pun
berbeda. Dahulu, banyak orang yang menggunakan batu atau kulit binatang untuk menulis.
Pada zaman sekarang, muncullah kertas dan pulp. Hampir semua jenis pulp yang
digunakan untuk pembuatan kertas bermutu tinggi adalah pulp.
Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan
menghasilkan 178 juta ton pulp dan 278 juta ton kertas dan karton.
Kertas
adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang
berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung
selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis,
mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan
kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan,
kebersihan ataupun toilet.
Adanya
kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan
arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa
dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa
dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit
atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai
pada naskah-naskah nusantara beberapa abad lampau.
1.2 Rumusan Masalah.
1. Apa
itu kertas?
2.
Apa
saja bahan-bahan untuk proses pembuatan kertas?
3.
Bagaimana
proses pembuatan kertas?
4.
Apa
saja limbah hasil produksi kertas dan pengelolaannya?
5.
Bagaimana proses pengolahan limbah
dari industri kertas?
6. Bagaimana
hubungan higine industry terhadap industri kertas?
1.3 Tujuan.
1. Untuk
mengetahui definisi kertas
2. Untuk
mengetahui bahan-bahan
untuk proses pembuatan kertas
3. Untuk
mengetahui proses
pembuatan kertas
4.
Untuk mengetahui limbah hasil produksi kertas dan
pengelolaannya
5. Untuk
mengetahui proses pengolahan limbah dari industri kertas
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Kertas.
Kertas dalam bahasa Inggris disebut paper dan dalam
bahasa Belanda disebut papier. Kertas adalah barang baru ciptaan manusia
berwujud lembaran-lembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat,
direkat, dicoret mempunyai sifat yang berbeda dari bahan bakunya :
tumbuh-tumbuhan. Kertas dibuat unutk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat
beragam.
2.2 Bahan-Bahan Pembuatan Kertas.
Bahan Mentah.
Bahan-bahan pembuatan kertas terdiri
dari tiga komponen yaitu bahan baku, bahan pembantu dan bahan pelengkap. Bahan
baku adalah bahan utama pembuatan kertas. Bahan baku diubah hingga menajdi
barang baru yang mempunyai wujud dan sifat berlainan dari bahan asalnya. Bahan
pembantu adalah bahan-bahan yang diperlukan utnuk memperlancar pembuatan kertas.
Bahan pelengkap adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam proses pembuata kertas
agar memperoleh hasil yang baik tanpa bahan pelengkap kertas yang dihasilkan
banyak mengandung cacat dan tidak sempurna.
2.2.1 Bahan Baku.
Bahan baku kertas dari tanaman yang banyak mengandung
serat seperti: jerami padi, bamboo, tebu, rumput-rumputan, jute, manila,
rosella, murbai, kapas, lena dan jenis tanaman-tanaman lainnya yang cukup
banyak tersedia di alam. Batang-batang kayu pun digunakan sebagai bahan baku.
Hampir semua jenis kayu baik kayu keras maupun lunak tanpa kecuali dapat
dijadikan bahan baku kertas. Karena kayu mempunyai kandungan selulosa cukup
banyak (40-45 %) . Seperti yang kita ketahui selulosa adalah komponen utama
pembuatan kertas.
2.2.1.1 Pemilihan Jenis Kayu.
Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan
kertas adalah:
·
Kayu lunak (softwood), adalah kayu
dari tumbuhan konifer contohnya pohon pinus. Kayu lunak yang memiliki
panjang dan kekasaran lebih besar digunakan untuk memberi kekuatan pada kertas
·
Kayu keras (hard wood), adalah kayu
dari tumbuhan yang menggugurkan daunnya setiap tahun. Kayu keras
lebih halus dan kompak sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu
keras juga lebih mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki
lebih sedikit lignin
Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan
kayu lunak untuk mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli. Kayu sebagai
bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen antara lain :
v
Selulosa, tersusun atas molekul
glukosa rantai lurus dan panjang yang merupakan komponen yang paling disukai
dalam pembuatan kertas karena panjang, kuat.
v
Hemiselulosa, tersusun atas glukosa
rantai pendek dan bercabang. Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan
biasanya dihilangkan dalam proses pulping.
v
Lignin, adalah jaringan polimer
fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi
kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa
mengurangi serat selusosa secara signifikan
v
Ekstraktif, meliputi hormon
tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat beracun bagi
kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen industri
kertas.
2.2.1.2. Persiapan Kayu.
Bahan baku yang mengandung selulosa seperti kayu,
bambu, serat kapas, bagas dan lain-lain dipotong menjadi serpihan kecil. Kulit
kayu dikelupas secara mekanis atau hidraulis sebelum dicacah menjadi serpihan
kayu, kemudian dicuci dan disaring untuk menghilangkan debu yang melekat.
Efluen dari proses persiapan kayu berasal dari air
bilasan kayu yang mengandung partikel halus batang kayu dan padatan terlarut.
Proses ini juga menghasilkan limbah padat berupa potongan kayu tidak layak
pakai dan kulit kayu yang dapat digunakan sebagai kayu bakar.
Namun, produk kertas dari bahan nonkayu masih dibuat
karena bahan jenis ini mempunyai keunggulan yakni lebih kuat dibandingkan
dengan selulosa kayu. Kertas jenis ini dipergunakan sebagai kertas tulis,
kertas penjilidan buku, kertas cetak biru, uang kertas, dan bahan lain yang
memerlukan kertas dengan ketahanan tinggi.
2.2.2. Bahan Pembantu.
Ada empat jenis yang digunakan dalam pembuatan kertas.
Yang pertama adalah air bersih dan selebihnya adalah bahan-bahan kimia yang
berbeda-beda peranannya. Tidak semua bahan-bahan kimia ini dipergunakan
sekaligu tetapi tergantung kepada jenis kertas yang diproduksi.
Bahan-bahan pembantu tersebut sebagai berikut :
ü
Air, diperlukan sebagi pelarut dan
pencuci. Air sangat diperlukan dalam pembuatan kertas.
ü
Bahan pemutih, diperukan untuk
membuat kertas menjadi putih bersih sebab bahan baku kertas tidak berwarna.
Bahan pemutih tersebut yaitu :
ü
Hidrogen Peroksida
ü
Natrium Peroksida
ü
Natrium Bisufat
ü
Kalium Bisulfat
2.2.3. Bahan Pelengkap.
Ada dua macam bahan pelengkap yang dipergunakan di
dalam industri kertas. Bahan-bahan tersebut adalah :
1.
Bahan Pengisi, bahan untuk menutup
lubang-lubnag halus pada permukaan kertas. Sehingga diperoleh kertas yang rata
dan halus.
·
Kaolin
·
Tanah Diatomea
·
Gips
·
Kapur Magnesit.
2.
Bahan perekat, bahan untuk mengikat
serat atau selulosa kayu agar lebih kuat dan kokoh diantaranya :
·
Perekat arpus
·
Perekat hewani
·
Perekat tepung kanji
2.3
Proses
Pembuatan Kertas.
Proses pembuatan kertas melalui dua
tahap pengolahan. Tahap pertama yaitu pengolahan barang setengah jadi, yakni
proses sejak dari penghancuran kayu hingga menjadi bubur kayu (pulp). Tahap
kedua adalah pembuatan barang jadi yakni proses pengolahan bubur kayu (pulp)
menjadi kertas siap pakai. Kedua tahap tersebut diuraikan sebagai berikut :
2.3.1 Pembuatan Barang Setengah jadi (Pulp).
Pulping adalah proses pembuburan.
Dalam pulping ini digunakan alat yang disebut Pulper. Pulper yang digunakan
berbentuk bejana kerucut terbalik yang atasnya terbuka sebagian dan mempunyai rotor.
Pulper ini dinamakan hydra pulper. Hydra Pulper mempunyai rotor untuk
mensirkulasikan bubur dan menguraikan serat, rotor pisau tersebut digerakkan
oleh motor dari arah bawah. Kapasitas pulper mencapai 22 ton.
Proses Pembuatan Pulp.
A.
Proses
Mekanik.
Pulp dibuat dengan tidak memakai zat-zat kimia, cukup
dengan mesin saja tanpa pereaksi-pereaksi kimia. Pembuatan pulp secara mekanis
ini memerlukan biaya yang sangat besar, disebabkan tidak dipakai
pereaksi-pereaksi kimia untuk menghancurkan potongan-potongan kayu, yang akan
dijadikan pulp atau kertas. Pada proses ini, terjadi pemberian tekanan pada
kayu sehingga menghasilkan panas yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
komponen dalam kayu sehingga fiber terpisah dari lignin dengan sedikit kerusakan.
Proses pembuatan pulp secara mekanik sangat jarang digunakan.
B.
Proses Kimia.
Pembuatan pulp secara kimia biasanya
menggunakan NaOH secara langsung maupun tidak langsung. Lignin dilarutkan dari
bagian lapisan sehingga fiber terpisah. Dalam proses ini, kulit kayu diambil
dan batang kayunya dibuat keping-keping kayu kemudian dihancurkan dalam tekanan
pada temperatur yang dibutuhkan. Proses pembuatan pulp secara kimia,yaitu:
a. Proses
Sulfat ( proses kraft )
Cara
pembuatan:
Mula-mula kayu dipotong-potong dengan
mesin pemotong hingga ukuran kurang lebih 5cm, potong-potongan ini kemudian
diayak. Kayu yang halus dimasukkan kedalam tempat penampung yang kemudian akan
digester (dimasak). Setelah potongan-potongan kayu tersebut di masukkan ke
dalam digester, kemudian dimasukkan pula natrium sulfida dan NaOH, kemudian
dipanaskan dengan uap dan di aduk dengan suatu alat pengaduk yang terdapat
dalam digester tersebut. Digester ini dibuat dari logam steel dan tekanan
uapn110lb/in2. Pulp yang telah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam
tanki pencuci sehingga liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam tanki penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci
disaring lagi dengan saringan rotary drum filter, kemudian hasilnya diputihkan
dengan kalsium hipoklorit sehingga hasilnya sudah agak putih. Selanjutnya
diinetralkan dengan CaO atau NaOH, dicuci dan dikeringkan. Hasilnya
terbentuklah pulp kering.
b. Proses Soda
Proses ini lebih sederhana dari pada
proses sulfat karena hanya memakai NaOH. Kayu yang digunakan bisa dari berbagai
macam jenis kayu. Bisa juga bahan baku seperti jerami, lalang, serat nenas,
tebu, dan lain-lain. Digester yang dipakai dibuat dari steel, sama seperti
proses sulfat. Waktu memasak 2-3 jam dengan memakai uap (tekanan 118lb/in2 dan
temperatur 3440F). Pulp yang sudah jadi dikeluarkan dari digester melalui
lubang dibawah digester. Liquor yang dihasilkan dimasukkan kedalam tanki
penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring dengan saringan
rotary drum filter, kemudian hasilnya diputiihkan dengan kalsium hipoklorit
sehingga hasilnya sudah agak putih. Selanjutnya dinetralkan dengan NaOH, dicuci
dan dikeringkan. Hasilnya terbentuklah pulp kering
c. Proses
Sulfit
Mula-mula sulfur dicairkan dalam tangki pencair
atau pelebur, kemudian dipanaskan dalam pemanas yang berputar sambil dialiri
udara untuk mengoksidasi. Dalam pemanasan ini sulfur diuapkan dan selanjutnya
dimasukkan dalam ruang pembakaran dengan dialiri udara. Pengaliran udara ini
dikontrol agar SO3 tidak terbentuk. SO2 terjadi didinginkan dengan cepat dalam
suatu pipa yang melingkar-lingkar yang dikelilingi air. Proses selanjutnya
adalah absorbsi gas oleh air dengan menambahkan senyawa kalsium dan magnesium
karbonat.
Liquor yang keluar dari menara berisi sejumlah SO2 yang bebas lalu
dimasukkan dalam reclain tank. Akhirnya liquor dimasukkan dalam digester
sebagai larutan kalsium dan magnesium bi sulfit. Berdasarkan analisa kira-ira
4,5% total SO2 dan 3,5% SO2 bebas.
Digester ini diisi penuh dengan
potongan-potongan kayu halus dan asam pemasak dengan kapasitas dari 1 ton
sampai 35 ton serabut kayu dan 3000 sampai 51000 galon asam-asam. Digester
dipanaskan secara langsung dengan steam (uap) dengan tekanan 70-160 lb/in2
tergantung dari jenis kayu yang dipakai. Waktu yang diperlukan 10-11 jam dengan
suhu 1050-1550 C.
Setelah pemanasan dalam digester selesai dan sudah masak, pulp
dikeluarkan dan masuk dalam blowpit dengan diberi air jernih. Dari blowpit ini
pulp dimasukkan, diayak dan seterusnya disaring dengan rotary drum filter untuk
dipadatkan dengan jalan membuang airnya dengan mesin ayakan 80. Kemudian pulp
dimasukkan dalam tanki pemutih dan diputihkan dengna klorin dengan penambahan
cairan kapur sebagai penetralnya. Selesai pemutihan pulp dimasukkan dalam
mesin-chest dan dikeringkan. Selanjutnya dibuat roll-roll pulp.
C.
Proses
Semikimia.
Pulp yang dibuat dengan metode
semikimia pertama kali ditemukan oleh Mitscherlich pada tahun 1984. Tujuan
proses ini adalah menghasilkan perolehan yang maksimal yang setara dengan proses
dari tingkat kekuatan dan kebersihan yang paling baik.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam proses ini
adalah:
1. Menggunakan
larutan kimia untuk menghancurkan dan mencerna kayu. Larutan kimia yang biasa
digunakan adalah NaOH, Na2CO3, Na2SO4. Dalam proses ini, sebagian besar
hemiselulosa harus sudah tercerna.
2. Menghancurkan
bahan secara mekanik, Salah satu proses terkenal pembuatan pulp secara
semikimia adalah proses Neutral Sulfite Semichemical (NSCC). Proses pencernaan
kayu merupakan proses yang memiliki arti yang sangat penting. Proses ini diatur
sedemikian rupa dengan kondisi terbaik mulai dari temperature, tekanan, dan
larutan kimia.
Proses pulping ditambahkan pula
bahan tambahan, antara lain :
§ Dyestuff
berfugsi sebagai bahan kertas, zat ini dapat juga dicampurkan pada proses
pembentukan kertas paper machine.
§ Fluorescent
Agent disebut juga Optical Brigthening Agent (OBH) yang dapat memberikan efek
pemutihan.
2.3.2.
Cleaning.
Cleaning adalah proses
pembersihan/pencucian bubur serat yang telah dihancurkan dalam pulper.
Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan
kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah limbah
organik yang terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. pulp yang kurang tercuci
membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih besar.
Pencucian pulp dilakukan mengikuti
masing-masing proses untuk menghilangkan materi yang tidak diinginkan dalam
pulp. Hasil samping berupa black liquor, debu, lignin, dan pemutih dihilangkan
setelah tiap tahapan proses selesai. Efisiensi pencucian diukur berdasarkan
tingkat kebersihan bubur kertas dan jumlah air yang digunakan untuk mencapai
tingkat kebersihan tersebut.
Alat – alat yang digunakan dalam proses cleaning adalah :
Alat – alat yang digunakan dalam proses cleaning adalah :
Ø Magnetic
Separator, Magnetic yang bekerja secara magnetic, yaitu memisahkan kotoran yang
mengandung logam seperti kawat pengikat pulp, seng serta partikel - partikel
lainnya yang bersifat magnet.
Ø HCC (High
Consistency Cleaner) bekerja secara sentrifugal, yaitu memisahkan kotoran yang
ukurannya hampir sama dengan serat berdasarkan berat jenisnya.
2.3.3.
Refining.
Refining adalah proses penggilingan
bubur serat lebih lanjut untuk menghasilkan bubur serat yang lebih halus.
Setelah itu bubur serat tersebut diolah kembali dengan cara dipotong dan
digiling dengan menggunakan 2 buah pisau pemotong yang berbentuk disc plate.
2.3.4.
Oksigen
Delignification.
Penghilangan lignin (delignifikasi) menggunakan
oksigen diperlukan untuk menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan
tahap prebleaching. Dengan mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang
lebih putih. Oksigen dan larutan putih ditambahkan ke dalam brownstock dalam
reaktor pemanas. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan
ekstraksi. Oksigen delignification akan mengurangi jumlah klorin yang
dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching).
2.3.5.
Bleaching.
Bleaching dilakukan dalam beberapa
tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Dalam industri
kertas terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing
tahapan di bawah ini :
a. Tahap
klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam
b. Extraksi
Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap
sebelumnya dengan larutan NaOH.
c. Klorin dioksida,
mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam
d. Oksigen,
digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
e. Hipoklorit,
mereaksikan NaClO dalam media basa
f. Peroksida,
reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa
g. Ozon,
menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam
h. Xylanase,
Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam kondisi netral.
Proses pemutihan bubur kertas
menggunakan kimia pemutih atau bleach, yang tujuan utamanya khusus untuk
membuat kertas cetak atau kertas budaya. Jadi proses pemutihan sangat relatif
tergantung pada jenis kertas yang akan dibuat.
2.3.6.
Mixing.
Mixing adalah pencampuran bahan atau
bubur serat dan aditif. Bahan penunjang bubur kertas yaitu, cationic starch.
Penambahan aditif untuk mengikat ion – ion kertas agar jaringan kertasnya kuat.
2.3.7.
Blending.
Blending adalah proses pengadukan campuran bubur serat
yang akan dikirim ke proses pembentukan kertas. Pada bagian ini kekentalan
bubur serat dikontrol oleh alat yang dinamakan CRC (Consistence Recording Controller).
2.3.8.
Paper Making.
Pulp yang sudah diputihkan kemudian
dibawa ke mesin pembuat kertas dimana akan dibentuk lembaran pulp pada screen.
Air dihilangkan dari lembaran dengan kombinasi vakum, panas, dan tekanan yang
diberikan di bagian penggulung (roller). Kertas jadi dapat dibuat dengan
berbagai jenis berat dan digulung menjadi gulungan besar untuk diproses lebih
lanjut.
Cara Pembuatan Pulp dan Kertas:
§ Proses
pembuatan pulp dimulai dari penyediaan bahan baku, dengan cara mengambil dari
hutan tanam industri kemudian disimpan dengan tujuan untuk pelapukan dan
persediaan bahan baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log. Kemudian
log di kupas kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum
barker.
§ Setelah itu
log melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder berfungsi untuk membuang
batu yang menempel pada log), setelah itu log dicuci. Log yang
sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potongan-potongan kecil yang di sebut
dengan chip.
§ Chip
kemudian dikirim ke penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai
(ukuran standar 25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang standar disimpan
ditempat penampungan. Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke
bejana pemasak (digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di
kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel.
chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor.
§ Setelah bubur
kertas siap kemudian dicuci dengan tujuan untuk memisahkan cairan sisa hasil
pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.
§ Proses
selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari bahan-bahan pengotor
yang dapat mengurangi kualitas pulp. Proses penyaringan ini ada dua tahap,
yaitu penyaringan kasar dan penyaringan halus. Proses akhir dari penyaringan
berada pada sand removal cyclones yang berfungsi untuk memisahkan pasir dari
pulp.
§ Kemudian
bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida (NaOH) di dalam
delignification tower sebelum di cuci didalam washer. Tujuan dari pencampuran
ini adalah untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia pada tahap
pengelantangan (bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta memutihkan pulp.
Bubur kertas ini kemudian dikelantang (bleacing) dengan bahan kimia di dalam
proses bleacing untuk mencapai derajat keputihan sesuai standar ISO. Pulp
kemudian disimpan atau dikirim ke paper machine untuk diolah menjadi kertas.
2.3.9. Pembuatan Barang Jadi.
Pada proses pembuatan ini, bubur
kayu yang telah bersih kemudian dimasukkan ke dalam alat yang disebut hollader
yang telah diisi dengan bahan pelengkap (bahan pengisi dan bahan perekat) dan
air. Di dalam alat ini adonan dicampur sampai homogen, serat-serat selulosa
saling berkaitan, pori-pori erat penuh tertutup bahan pengisi dan seluruh
susunan terlumuri bahan perekat. Dalam keadaan ini adonan telah siap untuk
dijadikan lembaran-lembaran kertas. Kemudian adonan basah dialirkan ke mesin
fourdriner. Mesin ini berupa saringan kasa tembaga (fine mesh bronse screen)
meyerupai pita besar yang tidak putus karena terus berputar. Diatas saringan
ini adonan ditebarkan hingga membentuk lembaran tanpa putus yang terus
bergerak. Di tengah-tengah saringan terdapat rol penggilas (dandy roll) yang
berfungs sebagai pemeras air. Lembaran yang telah dilewati dandy roll kadar
airnya berkurang dan rata tebalnya. Keluar dari mesin fourdriner, kemudian
lembaran kertas basah (web) masuk kedalam mesin press.
Prinsip kerja mesin ini tidak beda
jauh dengan mesin terdahulu tetapi lebih banyak memiliki rol-rol penggilas agar
lebih menekan air sebanyak-banyaknya keluar dari kertas. Press part berfungsi
untuk membuang air dari web sehingga kadar padatnya mencapai 50 %. Hasilnya
masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah. Kertas
masuk diantara dua roll yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan
sehingga air keluar dari web. Bagian ini dapat menghemat energi, karena kerja
dryer tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30 %). Dryer berfungsi untuk
mengeringkan web sehingga kadar airnya mencapai 6 %. Hasilnya digulung di pop
reel sehingga berbentuk gulungan kertas yang besar (paper roll). Paper roll ini
yang dipotong-potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsumen.
2.4 Limbah Hasil Produksi Kertas Dan
Pengolaannya.
2.4.1 Limbah Hasil Produksi Kertas.
Beberapa
limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan kertas antara lain:
1.
Efluen limbah cair
·
Padatan tersuspensi yang terdiri
dari partikel kayu, serat, pigmen, debu dan sejenisnya
·
Senyawa organik koloid terlarut
serat hemisellulosa, gula, lignin, alkohol, terpentin, zat pengurai serat,
perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD tinggi.
·
Limbah cair berwarna pekat yang
berasal dari lignin dan pewarna kertas
2.
Bahan anorganik terlarut seperti
NaOH, Na2SO4, klorin dan lain-lain
3.
Limbah panas
·
Mikroorganisme seperti golongan
bakteri coliform
·
Partikulat
·
Abu dari pembakaran kayu bakar dan
sumber energi lain
·
Partikulat zat kimia terutama yang
mengandung Na dan Ca
4.
Gas
·
Gas sulfur yang berbau busuk seperti
merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft
pulping dan proses pemulihan bahan kimia
·
Oksida sulfur dari pembakaran bahan
bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime Kiln
·
Uap yang akan membahayakan karena
mengganggu jarak pandangan
5.
Solid Wastes
·
Sludge dari pengolahan limbah primer
dan sekunder
·
Limbah padat seperti potongan kayu
dan limbah pabrik lainnya
2.4.2
Pengelolaan Hasil Limbah Produksi Kertas.
Proses dan
Bahan yang digunakan serta jenis limbah yang dihasilkan :
a) Chemical pulping asam/basa,
lime, asm sulfat, sodium hydroksida, sodium sulfide. Limbah asam basa.
b) Bleaching pemutih
klorin, sulfat, kloroform, pelarut air limbah beracun, limbah sludge, dan limbah
asam/basa.
c) Papermaking pigmen sludge
pengolahan limbah sizing and starching wax, lem,
resins sintesis, hidrokarbon limbah
beracun termasuk air limbah dan sludge.
d) Pelapisan
dan pewarnaan tinta, cat, pelarut,
karet dan zat pewarna sisa pelarut, tinta cat
dan limbah beracun lain.
e) Pembersihan
Tetrakloroetilen, Trikloroetilen, methilen klorida, trikloroethan, karbon
tetraklorida Limbah pelarut dan air bilasan beracun.
Penggunaan klorin sebagai pemutih menyebabkan air limbah tidak memungkinkan penggunaan kembali air yang telah digunakan karena tidak dapat dilakukan recovery air. Pada waktu pulp direaksikan dengan klorin atau klorin dioksida selama proses pemutihan, konsentrasi ion klorida dalam air limbah akan menjadi sangat korosif untuk di alirkan kembali ke sistem recovery untuk memisahkan limbah organik dari air dan dibakar untuk menghasilkan energi di dalam recovery boiler. Akibatnya limbah organik dalam efluen harus dialirkan seluruhnya ke sistem pengolahan limbah dan ke sungai. Air limbah dari proses pemutihan menghasilkan sifat mutagenisitas yang signifikan (Ames test positive) yang akan menurun secara linier dengan peningkatan substitusi CIO2 atau equivalent chlorine dalam proses bleaching. Kebanyakan bahan mutagen akan hilang jika pH air ditingkatkan menjadi 7-8, sehingga air limbah dari proses bleaching harus dinetralisasi sebelum pengolahan limbah atau dibuang ke badan air penerima agar mutagen dalam air tidak masuk ke lingkungan.
Penggunaan klorin sebagai pemutih menyebabkan air limbah tidak memungkinkan penggunaan kembali air yang telah digunakan karena tidak dapat dilakukan recovery air. Pada waktu pulp direaksikan dengan klorin atau klorin dioksida selama proses pemutihan, konsentrasi ion klorida dalam air limbah akan menjadi sangat korosif untuk di alirkan kembali ke sistem recovery untuk memisahkan limbah organik dari air dan dibakar untuk menghasilkan energi di dalam recovery boiler. Akibatnya limbah organik dalam efluen harus dialirkan seluruhnya ke sistem pengolahan limbah dan ke sungai. Air limbah dari proses pemutihan menghasilkan sifat mutagenisitas yang signifikan (Ames test positive) yang akan menurun secara linier dengan peningkatan substitusi CIO2 atau equivalent chlorine dalam proses bleaching. Kebanyakan bahan mutagen akan hilang jika pH air ditingkatkan menjadi 7-8, sehingga air limbah dari proses bleaching harus dinetralisasi sebelum pengolahan limbah atau dibuang ke badan air penerima agar mutagen dalam air tidak masuk ke lingkungan.
2.5 Pengelolaan Limbah.
2.5.1 Pengelolaan Limbah Cair.
Limbah yang
dihasilkan dari proses produksi pulp dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu cair,
padat, dan emisi udara. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah
dengan menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan
limbah cair berdasarkan unit operasinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Fisik.
Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani
ialah proses screening (penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Screening
dilakukan pada sisa-sisa potongan kayu yang masih berukuran besar sehabis
diolah pada proses chipper. Setelah dilakukan penyaringan, umumnya kayu yang
masih berukuran besar akan dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah
lagi dan mendapatkan ukuran kayu yang dikehendaki. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Pengendapan primer biasanya terjadi di bak pengendapan atau bak penjernih. Bak
pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, tidak memberi keluwesan
operasional. Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Parameter
desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap
partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Bak penjernih bulat
yang dirancang dengan baik dapat menghilangkan 80% zat padat yang tersuspensi
dan 50-995 BOD. Beberapa contoh Limbah atau proses-proses yang menggunakan
pengolahan unit ini ialah :
Ø Hasil
pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa cairan
pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang tidak
dikehendaki (reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan
mengguna- kan washer, sedangkan pemisahan kayu dan reject dipakai screen.
Ø Larutan
hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black liquor
yang disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
2.
Kimia.
Pengolahan
air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang sukar mengendap, senyawa fosfor, logam-logam berat, dan
zat organik beracun. Dinamakan secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan
bahan kimia yang akan mengubah sifat bahan terlarut tersebut dari sangat
terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus menjadi gumpalan
(flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan dengan filtrasi.
Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah :
Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah :
Ø Cairan sisa
dari hasil proses pemutihan yang menggunakan bahan kimia chlorine dioksida,
ekstraksi caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses pemutihan, setiap
akhir satu langkah dilakukan pencucian untuk meningkatkan efektivitas proses
pemutihan. Sebelum bubur kertas yang diputihkan dialirkan ke unit pengering,
sisa klorin dioksida akan dinetralkan dengan injeksi larutan sulfur dioksida. Jika
pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp seharusnya
memberikan bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo untuk membunuh
bakteri dan jamur sebelum mengalami proses pengendapan di dalam settling basin
dan penyaringan sehingga dihasilkan air proses yang bersih dan bebas jamur.
Ø Pemasakan
menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH (sodium hidroksida) dan NaS
(sodium sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan serat selulosa dari bahan
organik. Cairan yang dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan menghasilkan
bahan kimia, dengan daur ulang. Pada proses daur ulang terjadi limbah cair.
Ø Proses
pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan cairan yang masih
tertinggal berubah menjadi limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia berupa
organoklorin yang umumnya beracun.
3.
Biologi.
Tujuan utama
dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah menggumpalkan dan
menghilangkan/menguraikan padatan organik terlarut yang biodegradable dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Pengolahan secara biologis mengurangi
kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau, warna, potensi yang
menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang memadai, laguna fakultatif
dan laguna aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan mengurangi 80% BOD buangan
pabrik dengan waktu tinggal 10 hari. Prinsip dasar pengolahan secara biologi
sebetulnya mengadopsi proses pertumbuhan mikroorganisme di alam, mikroorganisme
yang tumbuh membutuhkan energi berupa unsur karbon (C) dimana unsur karbon (C)
tersebut dengan mudah diperoleh dari senyawa organic dalam air limbah, sehingga
senyawa organik tersebut
terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu limbah yang menggunakan pengolahan unit
ini ialah hasil perasan sludge yang berasal dari primary clarifier yang berupa
larutan. Larutan ini didinginkan di 6 unit menara pendingin sebelum dialirkan
ke deep tank air activated sludge untuk mengurangi kandungan organik secara
biologi dengan memanfaatkan bakteri dan gas oksigen dari udara yang diinjeksikan
dan bantuan dari pupuk fosfor dan nitrogen.
2.5.2 Pengelolaan Limbah Padat.
Industri
bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa batu dari kapur dan
mengandung soda. Ini harus dibuang di lingkungan aman dan nyaman. Limbah padat
itu harus dibuang ke tempat pembuangan akhir yang secure land fill (aman).
Dua jenis
limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark Boiler dan Lime Klin. Bark
Boiler digunakan untuk pembakaran kulit kayu. Sedangkan Lime Klin digunakan
untuk pengolahan lumpur kapur.
2.5.3
Pengelolaan
Limbah Emisi Udara.
Untuk limbah
berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses produksi pulp, biasanya pabrik
pulp menggunakan alat-alat berupa blow gas treatment di unit pulping, Electro
Static Dust Precipitator pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di
Recausticizing Unit. Beberapa limbah atau proses yang menghasilkan emisi udara
ini, beserta penanganannya ialah :
a.
Kondensat tercemar yang berasal dari
proses digester dikumpulkan dan dialirkan ke unit penanganan kondensat di
evaporator plant.
Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime klin (tanur kapur). Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk pemanasan dalam proses di seluruh unit operasi produksi. Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian. Uap diisap blower dan diarahkan ke sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini digunakan larutan sodium hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor) untuk menetralkan sisa bahan kimia berupa klorin dioksida (oksidator) sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida.
Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime klin (tanur kapur). Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk pemanasan dalam proses di seluruh unit operasi produksi. Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian. Uap diisap blower dan diarahkan ke sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini digunakan larutan sodium hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor) untuk menetralkan sisa bahan kimia berupa klorin dioksida (oksidator) sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida.
b.
Limbah yang mengandung partikel
solid dari cerobong boiler, baik dari multi fuel boiler, recovery boiler,
maupun lime kiln. Untuk tujuan ini, pabrik pulp harus memiliki alat
electrostatic precipitator. Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank
recovery boiler dilengkapi dengan scrubber yang dialiri weak wash dari recaust
plant.
2.6
Hubungan
Higine Industry Pada Industri Kertas.
2.6.1
Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja.
1. Jenis
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
·
Pemeriksaan kesehatan awal (sebelum
kerja) adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang
tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
·
Periksaan kesehatan berkala (periodik) adalah
pemeriksaa kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang
dilakukan oleh dokter.
·
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga
kerja tertentu.
2. Tujuan
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
·
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja awal
(sebelum kerja) ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi
kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan
mengenai tenaga kerja lainnya dan dijamin.
·
Pemeriksaan kesehatan berkala (periodik)
dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada
dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan sedini mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencagahan.
·
Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan
untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga
kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dilakukan untuk memenuhi 2 (dua) kebutuhan antara sebagai berikut:
1. Untuk mendiagnosa dan memberika terapi bagi tenaga kerja yang menderita
penyakit umum, 2. Untuk mengadakan pencegahan dan mendiagnosa penyakit akibat
kerja serta menetukan derajat kecacatan. Hal tersebut dilakukan oleh dokter
pemerksa kesehatan tenaga kerja atau dokter yang mempunyai keahlian dibidang kesehatan
atau kedokteran kerja, 3. Prosedur dan mekanisme pemeriksa kesehatan tenaga
kerja Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh lembaga dan personil
yang mempunyai kompetensi. Personil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
dilakukan oleh dokter pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh dokter
pemeriksa kesehatan. Sedangkan lembaga pemeriksa kesehatan tenaga kerja dapat
dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan kerja di dalam perusahaan atau di luar
persahaan yaitu perusahaan jasa bidang pemeriksaan atau pengujian dan atau
pelayanan kesehatan kerja. Sebelum dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja
melaksanakan pemeriksaan kesehatan maka harus membuat perencanaan dan pedoman
pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan kesehatan diharapkan dalam pelaksanaan
tidak mengganggu kelancaran proses produksi.
Pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja sebelum kerja atau awal yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
ü Anamensis
atau interview.
ü Pemeriksaan
klinis: pemeriksaan mental, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorioum rutin,
pemeriksaan rongen dada dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan jenis
dan sifat pekerjaan. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk melihat dan menilai
kondisi kesehatan tenaga kerja dikaitkan dengan jenis dan sifat pekerjaan yang
akan dikerjakannya, misalnya: alergi test, spirometer test, buta warna dan
lan-lain.
ü Pemeriksaan
kesehatan berkala atau periodik menurut ketentuan dalam peraturan perundangan
harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dilakukan setahun sekali, sesuai dengan
faktor tingkat bahaya yang mengancam terhadap kesehatan tenaga kerja, dokter
perusahaan atau dokter pemeriksaan dapat menetukan lamanya diadakan pemeriksaan
kesehatan berkala (lebih dari satu kali dalam setahun). Data-data hasil
pemeriksaan kesehatan berkala atau periodik dapat digunakan untuk menemukan
atau menetukan adanya kapasitas kerja dan menegakan diagnosis penyakit akibat
kerja. Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi anamesis (interview), pemeriksaan
klinik (fisik dan mental) dan pemeriksaan laboratorium rutin (darah, urin, dan
feces) dan rongen dada serta pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan jenis
dan sifat pekerjaan. pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai pekerjaan setelah
melakukan pekerjaan dan untuk menilai kemungkinan pemajanan faktor berbahaya
dilingkungan kerja.
Pemeriksaan
kesehatan khususnya dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap:
1. Tenaga
kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan
yang lebih 2 (dua) minggu.
2. Tenaga
kerja yang berusia 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat
serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
3. Tenaga
yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatan perlu
dilakukan pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan
pula apabila terdapat keluhan-keluhan diantara tenaga kerja atau atas
pengamatan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja atau atas penilaian
pusat bina Hyperkes dan keselamatan kerja dan balai-balainya atas pendapat umum
di masyarakat.
2.6.2
Penyakit
Akibat Kerja.
Terdapat
2 (dua) istilah terkait dengan penyakit yang berhubungan dengan hubungan kerja
(PAK) atau uccopational diseases dan penyakit akibat hubungan kerja (PAHK) atau
Work related diseases.
1. Penyakit
Akibat Kerja (Occupational Diseases) Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
2. Penyakit
Akibat Hubungan Kerja (PAHK) atau Work Related Diseases Penyakit akibat
hubungan kerja (Work related diseases) atau penyakit terkait kerja, yaitu
penyakit yang dicetuskan, dipermudah atau diperberatkan oleh pekerjaaan. Dalam
hal ini faktor pekerjaan bukan menjadi penyebab dasar, penyebab dasarnya
diperoleh di luar tempat kerja sedangkan faktor di tempat kerja hanya
memperberat atau memicu timbul atau kekambuhannya, sehingga penyebabnya sering
terdiri dari beberapa faktor (multi faktor). Ada beberapa faktor-faktor
penyebab penyakit akibat kerja, antara lain sebagai berikut:
·
Faktor Fisika misalnya karena suara yang
tinggi atau bising bisa menyebabkan ketulian, temperatur atau suhu yang tinggi
dapat menyebabkan berbagai keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan sampai
berat misalnya: hyperpireksi, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke, yang
hal ini diakibatkan oleh keluarnya cairan tubuh dan elektrolit yang berlebihan
dari tubuh tenaga kerja, penerangan mempengaruhi daya penglihatan dan getaran
menyebabkan reynaud’sdiseases (penyempitan pembuluh darah).
·
Faktor Kimia Di dalam berbagai jenis
industri misalnya industri pupuk, pestisida, kertas, pengolahan minyak, gas
bumi, obat-obatan dan lain sebagainya, banyak yang mempergunakan bahan kimia
sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dan atau memperoduksi bahan kimia
tersebut berpotensi menimbulkan bahaya misalnya kebakaran, peledakan, iritasi
dan keracunan. Bahan kimia tersebut dapat berupa zat padat, cair, gas, uap
maupun partikel. Masuknya bahan kimia kedalam tubuh dapat secara akut maupun
kronis.
·
Faktor Biologi Berbagai misalnya virus
bakteri, parasit, dan lain-lain, dapat menyebabkan penyakit akibat kerja.
·
Faktor Fisiologi (Ergonomi) Akibat
posisi kerja atau cara kerja yang salah seperti bekerja dengan membungkuk akan
menyebabkan sakit otot, sakit pinggang dan cidera punggung, juga dapat
mengakibatkan perubahan bentuk tubuh. Pada kontruksi mesin yang kurang baik
juga akan menyebabkan penyakit akibat kerja.
·
Fakor Psikososial misalnya suasana kerja
yang monoton, hubungan kerja yang kurang baik, upah yang kurang, tempat kerja
yang terpencil dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yaitu menimbulkan stress
yang manifestasinya antara lain berupa perubahan tingkah laku, tidak bisa
membuat keputusan, tekanan darah meningkat, yang selanjutnya dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit lain atau terjadinya kecelakaan kerja.
2.6.3
Faktor Bahaya di Lingkungan Kerja
Tempat
kerja dikenal sebagai lingkungan yang mengandung berbagai sumber bahaya dan
mengancam keselamatan dan kesehatan pekerjaan. Salah satunya yaitu dikarenakan
oleh:
1. Kesalahan
manusia seperti kebiasaan pekerja yang suka melamun, atau tidak menggunakan APD
saat bekerja
2. Kesalahan
alat kerja, seperti alat-alat bekerja yang sudah rusak atau tidak layak
digunakan
3. Lingkungan,
seperti cuaca dan sinar matahari
4.
Tempat kerja seperti: lantai yang licin,
konstruksi bangunan yang tidak tertata rapi.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Pentingnya
bagi para pekerja untuk dapat memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya
saat bekerja yaitu dengan memperhatikan kondisi fisik diri sendiri,
memperhatikan kondisi lingkungan kerja dan mematuhi segala aturan yang ada
ditempat kerja
3.2
Saran.
Petugas
K3 yang menangani permasalahan pekerja harus lebih memperhatikan kondisi para
pekerja di tempat kerja, dan memantau apakah para pekerja sudah mematuhi
prosedur yang berlaku saat bekerja atau tidak
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraini Tri.
2013. Industri Kertas. Diperoleh dari
(trianggraini.blospot.co.id/industri-kertas.html). diakses tanggal 5 Juni 2017.
None. Penerapan K3 di Perusahaan Bahan Kimia Cair.
Skripsi: Mercubuana.
Zend. 2013. Contoh Makalah Industri Pabrik Pulp dan
Kertas. Diperoleh dari
(thecars.blogspot.co.id/06/2013/contoh-makalah-indistri-pabrik-pulp-dan-kertas.html).
diakses tanggal 5 Juni 2017.
Komentar
Posting Komentar